Senin, 28 Mei 2018

Menyepi di Merapi

Oleh: Iis Nia Daniar

Panas yang membakar malam
tak bisa kucurkan peluh karena hati telah mengutub
Merapi bawa sukmaku menyepi dalam kawahmu
Izinkan aku menemani gelegak magma hingga mencair bukit-bukit es dalam kutubku
Setelah jenuh semburkanlah aku bersama bebatuan hingga lantak belulangku
Bergeming dalam sungai kecil bercampur kerikil dan pasir adalah asa usaiku

27 Mei 2018

Dosa dan Ranum Mangga

Oleh: Iis Nia Daniar

Ini mala bukan rasa
Ini dosa bukan ranum mangga
Dada terhimpit
Lidah kelu
Air mata beku

Tetalu bertalu
Genderang meradang
Mengoyak-ngoyak hening dalam reguk madu beracun ketiga

Tersungkur beralas sejadah mohonkan belas
Sunyi sesunyi-sunyinya
Hening sehening-heningnya
Mati membayang
Raga hina membujur
Sembab mengucur

Sekali lagi!
Ini mala bukan rasa
Ini dosa bukan ranum mangga
Dada terhimpit
Lidah kelu
Air mata beku
Namun, rindu tetap biru
Dan biru adalah mu
mu adalah semu
Semu adalah waktu
Waktu mohon segera berlalu
Karena ini mala bukan rasa
Ini dosa bukan ranum mangga
Dada terhimpit
Lidah kelu
Air mata beku

1 Mei 2018

Sabtu, 26 Mei 2018

Elegi dalam Hujan

Oleh: Iis Nia Daniar

Deras hujan semakin asyik memainkan lamunan. Kau ingat saat ku katakan mari kita gunting benang ini? 
Kuyup baju kita menantang hujan. Air mataku dan air matamu jatuh bersatu dengan air hujan di pinggir jalan kota ini.
Mungkin aku adalah perempuan termunafik di dunia ini. Aku ingin tahu apa saja yang kamu kerjakan hari ini, bagaimana keadaanmu, sudahkah kau makan, dan ingin setiap hari kutanyakan apakah masih ada aku bersembunyi di balik binar matamu?
Kau merah hatiku, tanpamu di setiap langkah adalah mimpi burukku.
Namun, lagi-lagi aku hanya mengharapkan langit menyatukan rindu ini. Aku tak kuasa melanjutkan langkah. Maafku pada biru cinta kita.
Meskipun demikian, namamu tetap kusebut sebelum kata aamiin, yra. di setiap sujudku.