Pedam Rasa
Hai, tahukahkau? Kuintip setiap larik yang kautulis.
Hai, tahukahkau? Setiap kubaca torehanmu terselusup rasa yang takmenentu.
Terkadang bunga-bunga bermekaran menyeruakkan semerbak harumnya.
Terkadang panas terbakar seluruh sukma mengelinyang rasa taktentu arah ….
“Tersiksa dengan rasa, mungkin?” Bisik sukma meracun hati.
Hasratku terpaksa kuredam kerna waktu tertawa sinis menyindir.
“Ingat senja yang sudah taklagi menjingga!” Acapkali kesunyian melontarkan cibiran.
Rusak sukma merajai di jiwa sebab pendam rasa berteman sepi mendera.
Bekasi, 19 Januari 2016
Tentang penulis:
Senja menjingga nama penaku, terlahir dan tumbuh di Kota Bekasi, Jawa Barat (1977). Kupilih Bahasa dan Sastra Indonesia, UNPAD, Bandung sebagai kelanjutanku menimba ilmu di jenjang S-1 (1995-2000). Primagama tempat aplikasi ilmuku.