Surat Pendek untuk Kekasih
Kasih,
Aku tetap bunga sampai akhir meski menghitam dan berdarah yang sengaja kuletakkan di atas hamparan sejadahmu.
Paragraf terakhir dari "Sebuah Janji" akan kujadikan elegi nyata.
Bekasi suram, 20 Januari 2016
Surat Pendek untuk Kekasih
Kasih,
Aku tetap bunga sampai akhir meski menghitam dan berdarah yang sengaja kuletakkan di atas hamparan sejadahmu.
Paragraf terakhir dari "Sebuah Janji" akan kujadikan elegi nyata.
Bekasi suram, 20 Januari 2016
Antara Setia dan Birahi
"Maaf." Kata Anjani sambil memegangi bahu Panji yang sudah membelakanginya.
"Maafkan aku!" Terserak suara Anjani terdengar antara ingin menangis dan berteriak.
Sementara Panji tetap membelakangi Anjani dengan kedua tangan di lipat di dada.
"Aku salah, tapi bukankah itu karenamu, Kang?" Duduk bersimpuh Anjani di belakang kaki Panji sambil tersedu-sedu.
"Aku wanita dengan seribu gairah, aku ... aku ... takdapat menahan godaan birahi yang begitu mendidihkan seluruh darah hingga tubuhku terguncang."
"Lalu apa salahku? Kaumemang binal." Panji berteriak sambil menunjuk-nunjuk pada Anjani yang berada di bawah kakinya.
"Kau slalu menolakku, kau slalu menghentikan setiap debur ombak di samudera luas. Kau selalu menghindariku. Kau sengaja menghinaku dengan bersikap dingin hingga seribu purnama." Anjani melakukan pembelaan.
"Seharusnya kaumengerti aku." Jawab Panji masih dengan nada kasar.
"Aku mengerti, Aku sangat mengerti. Bukankah aku setia slama ini? Hanya kali ini, aku mohon maaf padamu dengan berlutut ... aku khilaf, Kakang, laksana hujan yang takpernah menyapa ke bumi tiba-tiba dia datang membasahi tanah yang sudah meretak kekeringan terlalu lama. Aku manusia biasa, aku takkuasa menahan segala godaan meski nista. Aku salah. Maaf ... maaf ... maafkan aku." Semakin deras airmata Anjani membasahi kedua pipinya, sambil bersimpuh memegangi kaki Panji berharap agar Panji mau memaafkan atas 1 kali khilafnya.
Namun, Panji takmenggubris, dia berlalu sambil meludahi Anjani.
Anjani hanya bisa menangis sepajang malam itu, sesekali dia berteriak.
"Jaka!"
"Jaka!"
"Mana janjimu? Panjiku tlah meninggalkanku karena aku memilih menuruti rayuanmu." Menggerung, terisak Anjani dalam segala kekalutannya.
"Jakaaaaaa!" ....
Bekasi, Jumat beku,
21 Januari 2016
#Koridor_puisi
Tema: Semesta
Judul: Ssssssst ...!
Buah Pena: Senja Menjingga
Semesta terlalu berisik hari ini.
Gendang telingaku hampir pecah dibuatnya.
Tertawa taktahu apa yang ditertawakan.
Komentar taktahu apa yang dikomentarkan.
Berceloteh takkaruan tema.
Riuh ....
Sorai ....
Terbahak-bahak ....
Melebar mulut, menyeringai senyum.
Berspekulasi ini ... itu ....
Berhimpun dalam lingkaran buram, tanpa ada konklusi.
Berjibaku dengan tugas dan fungsi tanpa realisasi.
Berkata tanpa jeda.
Menghina tanpa rasa.
Liar karya kaujalangi.
Luap karsa kauludahi.
Cibir hanya mampu yang dilakukan bibir.
MUAK!
Catatan untuk Bekasi,
19 Januari 20016
Pedam Rasa
Hai, tahukahkau? Kuintip setiap larik yang kautulis.
Hai, tahukahkau? Setiap kubaca torehanmu terselusup rasa yang takmenentu.
Terkadang bunga-bunga bermekaran menyeruakkan semerbak harumnya.
Terkadang panas terbakar seluruh sukma mengelinyang rasa taktentu arah ….
“Tersiksa dengan rasa, mungkin?” Bisik sukma meracun hati.
Hasratku terpaksa kuredam kerna waktu tertawa sinis menyindir.
“Ingat senja yang sudah taklagi menjingga!” Acapkali kesunyian melontarkan cibiran.
Rusak sukma merajai di jiwa sebab pendam rasa berteman sepi mendera.
Bekasi, 19 Januari 2016
Tentang penulis:
Senja menjingga nama penaku, terlahir dan tumbuh di Kota Bekasi, Jawa Barat (1977). Kupilih Bahasa dan Sastra Indonesia, UNPAD, Bandung sebagai kelanjutanku menimba ilmu di jenjang S-1 (1995-2000). Primagama tempat aplikasi ilmuku.
Harmonisasi
Bulir-bulir embun bergelayut di pepucuk pinus
Selisik angin di antara dedaun dan gesekan reranting di antara batangnya menyemarakkan kicau burung
Sapa santun halimun dengan kabut tipisnya yang masih malu-malu bertandang menambah kesyahduan
Angin mengulum senyum manis dengan desiran lembut yang disemilirkannya
Sesekali dedaun kuning terjatuh lunglai mendarat perlahan mengikuti alunan angin
Halimun hanya tertawa dengan sengaja mengeja samar dan pekatnya
Bekasi, 18-01-2016
RETAK RAGA
BB.A
Uhibbuki mislama anti ..Uhibbuki kaifa ma kunti.
Retak belah didada...
Jiwa tercabut dari raga sakitnya.
Anti habibati anti...
Kutau sakit mu...
Tanpa luka aku meradang merasa nya..
Tanpa daya tanpa bela....
Wamahma kana mahma...soro
Anti habibati anti
Rasanya takdapat dirasa hanya sekedar rasa.
Tanpa bela takberdaya...
Tuban 15-01-16
SM:
Kutenun kafanku hingga suatu saat kukenakan dan kunaiki kerandaku sambil kupeluk erat rasamu ....
Mungkin sudah garisan tangan
Relaku didera seribu cambuk kerna dosaku mencinta mu ...
BB:
Kutaktau tentang dosa...sedangkan kita tak memintanya.
Hadirnya tanpa kita sangka...kukira ini anugrah.
Siapa yang membagikan rasa,siapa....?
Hingga kita menjadi resah oleh rasa...
SM:
Rasaku ... rasamu ...mungkin kan berujung petaka ....
BB:
Ah kita hanya menjalani kodrat. ..
Aku yakin dengan hakikat.
SM:
Kuatkan hatiku untuk bertahan sampai akhir seperti dulu di suatu hari saat bulan Oktober.
Aku butuh penanamku meski dihujani hujat dan laknat.
Rasa yang kita semai terlalu agung kalau hanya dimaknai hanya sebatas CINTA TERLARANG ....
BB:
Akan mengalir terus mengalir kusiram bunga hingga raga enggan menyatu dengan nyawa....darah ku semakin panas. ..
Terlarang bagi mereka yang masih terpejam. .
Suci hanya kita dan tuhan yang tau..
SM:
Tersimpul mati sudah sgala rasa oleh benang merah yang kita pintal bersama. Dari ujung rambut sampai ujung jari kakiku semakin terus memujamu ....
BB:
Terikat erat tanpa sekat.melilit rapat hingga lekat...
Memisahkan ini sama rasanya dengan terbunuh
Senja menjingga dan birunya air samudra adalah hakikat indahnya rasa...
SM:
Kerap kusampaikan pada desir angin yang mengalir menuju rumahmu, "Katakan padanya kutitipkan separuh napasku."
Hanya ingin kaumengerti kasihku takbertepi meski birunya air kan berubah menjadi keruh ....
BB:
Aku masih memegang ucapkan ku, "Takada tempat berlabuh bagi kita.karena rasa ini terlalu luas adanya."
Itulah kenapa selalu ku semangati dirimu tuk bertahan...tanpa senja ...samudra apa jadinya.
SM:
Kita bertahan di koridor masing-masing yang dibatasi kaca tebal.
Hanya bertatapan tanpa berkata.... Hanya berbicara tanpa bersua .... Hanya berangan tanpa harus jadi nyata.
Namun, tetap takbisa menjauh satu sama lain kerna kaca-kaca tebal kita seperti magnet yang saling tarik dengan kekutan 2 kutub: Utara dan Selatan.
BB:
Kenyataan kita adalah mimpi. ..namun didalam mimpi itu aku hidup...mengharapkan nyata tanpa mimpi.
SM:
Kasihmu kubawa sampai ke pembaringanku yang terakhir...
BB:
Kupilih kau sebagai bidadari pendamping tuk temani ku kelak di alam sana.
Patah
Hembusan angin begitu kuat menggoyangkan dedaunan kuning hingga taksadar menari ia diiringi gemeruh guntur dan loncatan bunga api.
Air mata langit pun tertumpah ruah hingga bandang takterbendung, bergulung-gulung deras arusnya menghanyutkan sgala.
Pepohonan terterjang deras arus, dedaunan kuning terkoyak, berguguranlah ia terjatuh di atas air pasrah hendak dibawa kemanapun.
Bukan salah angin, melainkan salah dedaun yang terlena akan hembusannya.
Air?
Airpun taksalah.
Biar dedaun yang menanggung dera sebab mencinta ....
Bekasi, 15 Januari 2016
Luruskan Jalan
Mungkin kauingin aku menjadi JUGUN IANFU yang slalu setia memeriahkan CAESAR CAFE, tapi aku adalah aku takmungkin dan takmau kuberbelok arah ke kiri lagi.
Bukankah dulu kauyang menuntunku ke jalan kanan?
Aku kini hanya seorang YAMANDA-SHI yang ingin menghadap SANG KHALIK dengan semringah ....
Bekasi, 4 November 2015
Kemungkaran
Tunas-tunas singkong meringis ketika bara yg liar berubah menjadi api menjilati setiap inci batangnya. Sementara jangkrik hanya bisa berbunyi krik ... krik ... krik ... ramai-riuh, tapi petani takmau dengar: takut katanya kerna api bisa berbalik menyerang.
Jangkrik terus krik ... krik ... krik hingga petani melemparkan cangkulnya dan jangkrikpun diam entah kerna mati ... entah kerna takut takdiberi sisa makanan petani. Api terus dibiarkan dengan keliarannya kerna angin mengibas dengan tenang dan manja.
Petani? Petani hanya mengharapkan embun setetes untuk menyejukkan api yg katanya hanya bara menahun.
#Ironis, tapi mungkin YAOI yang terjelmakan api sudah bersekutu dengan angin, air, dan petani#
Sekali lagi jangkrik hanya bisa krik ... krik ... dari kejauhan sampai akhirnya menghilang di keheningan.
(Ya Rabb, tunjukkan bahwa Kauada)
Bekasi, 8 November 2015
Pengakuan Dosa
Antara nikmat dan dosa mana yang kaupilih?
Nikmat kan membawamu berfantasi menembus kayangan, terbang di antara bintang2, terlena di empuknya awan putih nan menawan, terbuai oleh semilir angin ...basah.
Dosa kan menghempaskanmu ke dasar jurang panas hingga kulit menghangus dan belulang menghancur, tapi kautak mati bahkan berulang terasai.
Setelah debur ombak sudah takterdengar dan gelombang laut menjadi tenang, dosa itu menjadi amat menyiksa...
Reguk yg kusangka madu berubah menjadi kepahitan.
Kepahitan berbuah luka seperti sayatan-sayatan kecil takdalam diberi asam cuka.
Luka kerna terhasut rayuan sesat sampai detik terakhirku mungkin masih tetap menganga.
Dan leherku tetap menunduk dengan sgala kemuraman di wajah hingga di penghisaban ....
Bekasi, 1-12-2015
Raib?
Terlalu ku mengaguminya mungkin, tapi kata kata nan indah terlanjur terbenam dalam benak, terpatri dalam hati
Aq rindu hampir mati hari ini kerna dia takmuncul sedari fajar menggembirakan awan sampai gelap menaungi malam
Gila ... ya ... aq mungkin sudah gila menginginkan maya berubah fana ....
Tolong carikan aku air ajaib hingga bisa kuhapus smua cerita tentang kemayaan ini, hingga sesak di dada lenyap kerna ku akui aku tlah terjebak dalam dekapan Amor....
Sepi ... Senyap ...Sunyi
Sendiri dalam pekat, memandang lurus kaku pepohonan tanpa suara angin yang bisikannya menggoda hasrat ....
Kemana perginya bulan dalam baskom? Takterlihat beraksara, takterbaca larik-larik nan indah bak kemilauan mutiara....
Kucoba mencari dan menyusuri jejaknya, tapi ternyata bulan tlah enggan menyapa.
Mungkinkah untuk selamanya sirna?
Tetap kunanti sampai merayapnya fajar .... Tolong bisikan padanya ...ah jangan, nanti dia terbangun. Berikan saja memo di atas meja di samping peraduannya, tuliskanlah pesanku: Tetaplah menjadi sahabatku, kekasih bayanganku, atau apalah yg dia inginkan aku menjadi apanya,TERSERAH! Yang penting jangan biarkan sendiri dalam pekat berselimut dingin.
Bekasi, 6122015
1 + 1= 1
Tema: masih tentang rasa
Torehan: Senja Menjingga
Gulung gemulung awan pekat berarak di ujung batas asa
Sementara tarik-menarik medan magnet antara kutub utara dan kutub selatan sangat kuat
Harus rela ... harus rela mengembiri rasa kerna mutiara-mutiara lama pasti kan terputus dari ikatannya dan tercecer takberaturan
Tegakah?
Kupaham hatimu kerna kau adalah aku, aku adalah kau
1 jiwa untuk 2 raga
2 raga untuk 1 jiwa
Seperti 1+1=1
Jiwamu jiwaku takkan pernah terpisahkan meski raga terhalang kaca tebal taktembus cahaya ....
Bekasi, 13012016
Tersanjung
Malam ... sepertinya aku ingin meloncat-loncat kegirangan sambil mengayun-ayunkan kakiku dan menggerak-gerakan ke kiri--ke kanan kepalaku.
Kautahu malam meski aku taktahu apa yang ada dalam hati dan pikiran seseorang yang kurasa -- yang mejuluki dirinya Kekasih Bayanganku---, demi planet yang selalu berputar pada porosnya dan demi mendung yang mengawali hujan: AKU BAHAGIA ....
Bekasi, 6 Desember 2015
Kidung Mendung 1
Takada lagi asa, kaca yg pecah takkan bisa disambung lg menjadi utuh.
Kausangat tahu hatiku, tapi hatimu takbisa kuselami.
Bunga Kuningmu sudah mengambil langkah, tapi terhenti dalam satu kali tiupan badai, batangpun patah. Tembok takmampu menahan akar.
Bunga kuning tetap kan menjadi bunga liar yg siap diinjak dan dibenamkan dalam lumpur oleh Sang Penjaga.
Hanya di balik mega kusembunyikan kidung mendung ....
Kidung Mendung 2
Antara tegar dan rapuh hanya berselaput tipis
Mudah untuk ditembus apabila hari berbalut hujan menghantam pohon yang mulai doyong ke kiri
Pecah duka kerna lelah saat derasnya hujan cukup sedikit membuat oksigen dapat masuk ke rongga dada ....
Kidung Mendung 3
Mengharu birupun menjadi kelabu di Januari bisu....
Kan kukubur angan bersama gugurnya kamboja di mendung berawan pekat tanpa suara ... tanpa kata ....
Bekasi, 14 Desember 2015
Kawin?
Baik, aku setuju. Mari kita kawinkan untaian aksara-aksara kita hingga daun-daun malu untuk bergesekan meski angin terus menggoda.
Mari kita ucapkan ijab kabul hingga smua tahu kau dan aku adalah dua sejoli yang terjebak jalinan cinta biru dalam sebuah goresan pena.
Kautahu?
Aku tanpamu batu takberkarakter yang hilang rasa.
#Untuk anak-anakku yg terlahir karena angan: Ksatria Tirta Jingga dan Asmara Sinar Mentari....#
Bekasi, 12 Desember 2015
Mamah
Mamah ... lipatan kulitmu kian hari kian bertambah, tapi cantikmu abadi ...
Ini aku ... anakmu yang takpernah bisa membalas kasihmu, mohon izin bersimpuh mencium kakimu....
Kaukandilku di pekat malam dan setetes embun di terik hari ...
Mamah ... maaf kalau terlambat kuberitahu bahwa sayangku teramat untukmu ....
Bekasi, 22 Desember 2015
Permohonan pada Tuhan
Harus bagaimana?
Haruskah kukuras lautan agar dapat menampung air mata?
Haruskah kuberteriak agar kautahu sakitku?
Inginku ... Inginmu
Rasamu ... Rasaku
TUHAN ..., KUMOHON DENGAN SANGAT UBAHLAH TAKDIRKU!
Bekasi, 24 Desember 2015
Comberan Habitatku
Terbuang
Tercampak
Tergeletak
Terinjak
Teriris
Ternista
Terkulai takbertulang ....
Hanya ada kata terakhir yg bisa kusampaikan walau terbata ... T-E-R-I-M-A-K-A-S-I-H.
Ini aku sudah di Comberan.
Tersenyum PUASLAH!!!
Bekasi, 29-12-2015
Seperti Dibakar
"Apa kucoba campurkan asam biru (CN) ini pada kopi hitamku?
Agar bisa kulepaskan tentang smua." Terbersit selintas dalam benak meniru berita yang gencar dipublikasikan.
Miring kanan ... miring kiri, padahal tidak pegal dirasa badan. Beranjak dari peraduan, membuka pintu depan, padahal tidak ada yang dilihat. Mulut mengeluarkan suara, "Husss!" Padahal yang diusir tidak ada.
Kenapa aku? Lapar? Sakit?
Hem, Kurasa ada yang berbisik di telinga kiriku.
"Kaugila."
"Sok tahu." Tepisku.
"Kaugila." Agak ditinggikan sedikit suaranya.
"Aku hanya tidak bisa tidur malam ini." Alibiku padanya.
"K-A-U G-I-L-A."Bentaknya sambil mengeja kata hurup demi hurup.
"Aku gila?" Terpengaruh sedikit akan katanya.
"YA." Berusaha meyakinkanku.
Terpaku aku di teras depan sambil memandang langit kelam.
"NYINGKAH! Nyingkah rasa asih! Nyingkah sia! Bentakku yang dalam hati sambil meremas kertas putih bertuliskan email dan pasword seseorang.
Dan ..."Lung!!!" Kertas yang sudah kuremas mengecil kulempar ke balik pagar teras rumahku.
"Bruuuuuk!!!" Kututup pintu agak kasar.
"SUE!" Umpatku keras dan mungkin menerobos pintu depan yang telah kututup, terdengar sampai ke teras depan pas pinggir jalan gang.
Bekasi, 12012016
Intermezo dan Air Kencing
Panas, tapi takada api
Bara kutelan membakar sukma
mendidihlah darah.
"Cemburukah? Ah, takmungkin hanya intermezo, sama seperti iklan bukan tayangan utama." Pikirku untuk mengembalikan logika.
Malam tlah merayap sepi, aku masih enggan beranjak dari kursi hijau yang rela kududuki sejak senja tadi.
Kuraih tasku dan coba untuk tetap terlihat tenang. "Ah, ...sue ...!" Bentakku kembali terduduk dan diam terpaku memandangi tuperware hijau tempat minumku. Rasanya ingin kuberubah menjadi air, diminum, tertelan orang, beredar berputar dalam tubuh. Akhirnya, ceeeeerrrrrr ...keluar melalui uterus berubah warna menjadi kuning atau putih dan menyatu dengan air kotor lainnya di got ketika disiram oleh orang yang kencing.
Blasss.... Lenyap tanpa ada bekas hanya baunya saja. Nanti toh akan diberi pengharum toilet. Bau kencing akan tersamar dengannya.
"Aku yang memulai." Lirihku sambil terus memukul-mukulkan pulpen pada kepalaku.
Seandainya tidak kumulai, mungkin tidak akan kelu di lidah dan tercakar di laring hingga takmampu kuberkata "PERGI!!" Mengusir sesak di rongga udara. Kembali kucoba beranjak dari dudukku di kursi hijau. Namun, kedua kakiku seakan ikut merasakan api yang berkobar sedari satu jam yang lalu.
Perlahan ... sangat perlahan kubuka pintu dan meninggalkan kursi hijau yang masih hangat bekas kududuki. "Untungnya takkukencingi." Tersenyum kecut kutoleh bangku itu. Taksadar kudorong pintu keras-keras sambil menjerit, taktertahankan.
"AKU MENGUTUK SMUA RASA!"
Bekasi, 12 Januari 2016, pukul 19.25
Spekulasi Rasa
Biarkan smua berceloteh tentangku...tentangmu!
Biarkan angin iri hingga ia enggan tuk menghembuskan semilirnya!
Bahkan biarkan smua berspekulasi menghitung surplus-defisitnya!
Rasaku ... rasamu hanya Dia yang mampu menjabarkan, bahkan kitapun hanya bisa merasakan.
Kaubenar kita hanya manusia-manusia yang agak serong ke kanan....
Bekasi, 12 Januari 2016
Monolog
Rintik hujan yang berangsur menjadi deras menciptakan bola-bola indah bak seribu butiran mutiara tertumpah menghampar di atas jalan aspal yg kulalui.
Lampu-lampu kendaraan yg berpapasan semakin menyilaukan di balik air hujan yg mengguyur taktertadah.
Suasana begitu takdzim hanya sesekali suara klakson berusaha melawan suara derasnya hujan.
Aku sendiri terpaku di atas motor tuaku menembus gelap malam dingin sambil flash back dan sesekali membenahi posisi mantel yg kukenakan tuk menahan air hujan membasahi tubuhku yg sedari pagi belum juga kuistirahatkan .... Hem, perjuangan hidup pikirku ....
Bekasi, 25 November 2015
Gumaman Kekasih Bayangan
Gelisahku kerna rasa yang sekian hari sekian menjadi.... Sepertinya ini hanya akan berjalan di tempat. Terlalu dahsyat badai elnino dan angin tornado yang akan kita hadapi, kaumungkin sanggup menghadapi kerna usiamu masih cukup belia, tapi aku Senja Menjingga yang dalam realitanya memang mentari sudah condong ke arah barat bahkan hampir tenggelam di laut lepas. Tatap aku lebih dalam lagi, aku sudah merapuh kerna rayap kayu yg menggerogotiku selama belasan tahun .... TIDAK! "Kekasih Bayangan" Yah ...itu sudah cukup kataku sambil menarik napas dalam dan menatap kosong pada langit-langit kelas yang tertinggal kerak air bekas bocor akibat diguyur hujan semalam....
Bekasi, 7 Desember 2015
Resah Burung Gereja 1
Kutunggu sampai senja merayap ke malam.
Jika takjua terdengar kabar meski separuh kata, kan kututup semua jendela dan pintu.
Namun, tetap kusisakan celah kecil agar aku masih bisa mengintipmu....
Resah Burung Gereja 2
Masa sesudah siang sebelum malam tlah berganti malam ....
Bismillah ... dengan derai air mata kututup smua pintu dan jendela. Doaku slalu menyertaimu ....
Bahagialah hidupmu, aku hanya akan mengintip dari celah kecil di balik bilik ....
Pesanmu tentang satu ayat sangat membekas di benakku ...kerna kau-ku-CINTA ....
Bekasi, 01 Januari 2016
Aku dan Imajinasi
Lagi ... Lagi salah paham. Apa sudah habis rasa mencipta?
Apa sudah hilang rasa mengarsa?
Aku bukan batu yg hanya terdiam ketika angin bertiup.
Aku adalah rumput yang akan bergoyang meliuk mengikuti irama angin....
Biarkan angin meliukkan rerumputan toh bau klorofilnya akan menenangkan jiwa....
Aku bukan hendak menyesatkan.
Aku bukan hendak memunafikan, tapi mari ...MARI KITA RASAKAN! angin yang begitu lembut menyibakkan rok kita dan masuk menyelusup masuk ke rongga kecil....Yah rongga kenikmatan .....
Di kamar beku, 4012016
MERANGGAS
Kuliti aku sampai taktersisa
Cincang dagingku kecil-kecil
Minum darahku
Berikan belulangku pada anjing
Jika kurang puas dengan rajutan sejuta peluh dan airmata yang kupakaikan padamu sebagai simbol bhakti ....
Bekasi, 6 Januari 2016
Judul: Desember Perihku Sesakku
Tema: Akhir tahun
(Bekasi, 20 Desember 2015)
Tanpa bubur merah ataupun bubur putih kubuatkan Munggaran sebagai panggilan terindahmu.
Kusematkan Zatmika setelahnya, tanpa tahu maknanya.
Tawa ... tangis slalu menghiasi wajah suci takberdosamu dan itu adalah separuh jiwaku.
Munggaran Zatmika ... kautahu? Sampai saat ini masih tersimpan dengan rapi baju dan bolamu di pojok kamarmu yang sengaja kubiarkan tetap seperti itu.
Masih terngiang terakhir kali kausebut, "Mamah i ... i...." dengan suara kecilmu 3 tahun yang lalu di bulan Desember.
Desember ... yah Desember kalau bisa takingin ku bertemu dengan bulan ini di penghujung tahun kerna perih dan sesakku slalu terulang ....
#Munggaran Zatmika, 05 Januari 2011 -- 10 Desember 2012#
Persimpangan di Biruku
Sampai pada persimpangan, maaf kalau tetap kupilih jalanku.
Ke kanan aku takut....
Ke kiri aku kikuk....
Biruku demi Yang menciptakan langit dan bumi, separuh rasaku tlah kaucuri dan aku suka.
Biarlah hanya angan dan tetap hanya angan ....
Dan aku sampai kapanpun tetap menjadi PECINTA GILAMU, Biru ....
Bekasi, 23-12-2015
#cerpen_cpp
Dilema Bunga Kuning
(Berawal pada Pandangan Torehan Aksara Pertama)
Melanjutkan jalan yang sudah biasa dilalui. Di seberang jalan kulihat penjual Bunga Kuning yang sangat memesona. Bukan karena paras atau bentuk bunga kuningnya, melainkan karena tutur bahasanya yang sanggup menghangatkan seribu sukma beku.
Kuburu sambil meloncat kegirangan, tanpa berpikir akan risiko yang akan dihadapi. Yang kutahu rasaku begitu menggebu bila melihatnya.
"Gayung bersambut ...." Sambil tersenyum manis dan suara yang lembut dia menatapku.
Tanpa keraguan kuraih kelingkingnya dan kubiarkan dia bercerita tentang "Pantai Berpasir Putih" dan "Introgasi Ayam di kantor Kelurahan". Ah..., dia membawaku melambung jauh tinggi ke langit ketujuh dengan hanya satu kali pandangan.
Hari-hari kurasa berwarna biru. Airku biru, langitku biru, hatiku biru.
" Aku sudah gila." Pikirku sambil senyum-senyum sendiri.
Hingga suatu ketika jantungku benar-benar berpindah tempat. Kudengar kabar dari angin yang meniupkan dedaunan, dia telah menjadi milik wanita lain dan dikaruniai 2 malaikat kecil. Warna biruku sontak berubah menjadi hitam pekat takbisa ditembus. Tubuhku terhuyung dan terhempas di tempat tidur. Kusembunyikan air mataku di balik bantal bersarung putih. Mataku sembab karena hatiku hancur.
Namun, hatiku bukan bola basket yang dengan mudah berpindah tempat. Aku masih ingin bersama Penjual Bunga Kuningku.
"Cinta memang suatu pembodohan." Gumamku lirih.
Berputar otakku mempertimbangkan untung dan rugi yang harus kutanggung jika kupertahankan rasa ini. Dilematis melanda diriku, galau kata anak zaman sekarang.
Penjual Bunga Kuning itu masih setia di seberang jalan menantiku. Akan tetapi, jika harus menyebrang, tubuhku terlalu lemah. Hingga akhirnya kuberteriak dengan keras ke arah seberang.
"Hai Penjual Bunga Kuningku, taksanggup kumelihat derita kaumku karena lelakinya membagi rasa denganku."
Urung niatku meraih lengannya, setelah kelingkingnya kuraih di hari-hari biruku sebelumnya, walau hati tetap terpaut pada Penjual Bunga Kuning itu .... Aku pun kembali pada pilihan awal: seorang lelaki kasar yang acapkali menganggapku sebagai lawan sparing tinjunya.
Pesona Penjual Bunga Kuning yang lembut dan selalu mengajarkanku tentang "Alif" masih menjadi pengisi ruang kosong di sisi hatiku yang sengaja kusembunyikan. Sesak rasanya ...sampai-sampai saat memadu kasih kerna wajib yang kubayangkan adalah Penjual Bunga Kuning dengan ceritanya tentang aku dan dia yang berangan berbulan madu di Pantai Berpasir .... Sakit sangat sakit ...pahit ... sangat pahit seperti sambilonto dan brotowali yang diblender bercampur harus kureguk sendiri ....
"Yah ini jalanku takmungkin kumencari jalan yg lain sudah terlambat, bel sekolah akan segera berbunyi ....." Decakku sambil berjalan menuju ruang kelas, pikiranku masih mengambang tertambat pada Sang Penjual Bunga Kuningku.
Di kelas ini konsentrasiku tidak 100%, masih sangat membekas di benak tulisan Penjual Bunga Kuning pada selembar kertas usang yang sengaja dia selipkan di antara bunga kuning yang dia jual. Tulisan itu yang membuatku berpikir bahwa aku sedang jatuh cinta untuk kali kesekian di pandang pertama melalui guratan aksara.
"Daniar...mungkin ya itu nama margamu atau cuma sekedar tambahan tuk memperindah namamu....tapi yakiinn bukan karna itu ingin ku menulis di dindingmu {hatimu}...tak terbantahkan lagi kalau aku amat sangat ingin NULIS aja...teman...."
26 Desember 2015
Catatan ttg penulis: Tinggal di Bekasi, Jawa Barat. Masih aktif di dunia pendidikan sebagai "Guru Mondar-Mandir" di wilayah domisili dan sekitarnya. Lahir 38 tahun yang lalu saat Senja Menjingga dengan nama Iis Nia Daniar. Primagama menjadi tempat mengajar pavoritku. Kota Bekasi masih mencatatku sebagai TKK pada satu di antara SMP N di wilayah ini entah sampai kapan.
BANYU? BAYU?
Antara banyu dan bayu ...ah, ....
BANYU, kurasa aku akan tergulung ombak bersama badai yang menari dan mati di dasar lautan tanpa meninggalkan sisa kekaraman
BAYU, kupikir aku akan terpental keras mengikuti gravitasi bumi karena hembusan dan tornado yang tercipta karenanya ....
Aku memilih takbergeming di status quo.
Cileungsi, 11012016
Terjegal
Bukan aku yang kali pertama melempar bom, melainkan kau!
Kautahu hasratku sedang membara bergemuruh, tiba-tiba kausiram dengan segayung air.
Kau tlah membuatku menunggu dari malam seribu tahun lalu.
Jangan pernah coba menudingku!
Aku bukan BATU....
Malam bisu sepi di Bekasi,
28 Desember 2015
RETAK
Waktu bukan milikku juga hingga dada rasa sesak, tenggorokanku terasa tersangkut beribu butiran sekam.
Tujuh keliling kurasa pening di kepala seperti dihantam ribuan palu ....
Inginku menjerit di antara deru ombak Laut Kidul agar Nyi Ratu mendengar rasa pedih yang kukeluhkan karena duri-duri rumpun pandan tidak saja melukai perasaan, tetapi juga membuka luka lama bahkan lebih menganga ....
Bekasi, 26 Desember 2015
Ironi untuk Para Pengkhianat Cinta
Lelaki PENDEBAH
Lelaki PECUNDANG
Lelaki PENGKHIANAT
Lelaki KASET RUSAK
Hanya dengan kata sudah tergugah
Hanya dengan sedikit rayuan sudah goyah
Pret ... Pret ... Lelaki kutu kupret
Tan ... Tan ... Lelaki pengeretan
Kus ... Kus ... Lelaki tikus
Prak ... Prak ... Prok ... Prok ...
Prak, Prok, Gedumbrang.
Bekasi, 2 November 2015
Kado Pernikahanku untuk Lelakiku
Empat belas tahun yg lalu kaumasih ingat?
Walau takpernah kudendangkan lagu2 cinta, kuharap kautahu rasa cintaku masih seperti anak SMA yang baru kali pertama terjerat asmara.
Bergelora ... Bergemuruh ... seperti suara2 yang datang dari arah tribun penonton Senayan yang berjubel.
Aku tlah memilihmu lelakiku takkan kuizinkan satu ngengatpun menggigitmu hingga datangnya takdir yg takada seorang jua mampu meghindari.
Harapku kaupun menjadikanku Dewi Kamaratih slamanya dalam hidupmu ....
Bekasi, 17 Oktober 2015
Serapah
Percaya? Kauingin kupu-kupu tua percaya pada bunga beracun yg memang taksengaja kaubiarkan tumbuh.
Salah? Selalu kaulempar kesalahan pada barang usang yg tlah bosan kaupakai.
Ternyata menyemai kasih belum tentu menuai asih
Kerna asih lebih dekat pada ASU(h)
Bekasi, 2 November 2015
Hijab Sutera
Tak perlu sutera untuk mengganti kerudung katunku, cukup kausematkan melati yg sengaja kaupetik di belakang rumahmu sembunyi2 pagi tadi.
Takperlu teriak untuk mengungkapkan rasa, cukup kaubisikan lirih di dekat telingaku hingga aku bisa merasakan nafas dari hidungmu
Takperlu kujawab pertanyaanmu, cukup kaurasakan detak jantungku dan panas tubuhku bila di dekatmu ....
Bekasi, 18 November 2015
Pahitnya Cinta Mpu Sedah
Sesaat sebelum hukuman gantung dilakukan pada dua insan yg dimabuk cinta terlarang, tapi murni tanpa tendensi....
Sedah: "Gayatrie, belahan jiwaku, percayalah meski ruh ini terpisah dari raga, kasih suciku takkan pernah sirna. Betapapun harus menderita seratus tahun, Kanda rela harus menebus cinta dengan darah."
Gayatrie: "Kanda Sedah, Pujangga asmara pujaanku, hati ikhlas menerima segala derita meski cinta putih berujung kepahitan kerna kurasa denyut nadimu seirama dengan getaran jantungku. Pesonamu kan kucari hingga di sorgaloka nanti...."
Bakasi, 3 Desember 2015
Naifku
Aku bukankau
Kaubukan aku
Bakal kayu berlugut kumakan
Panci bocor masih bisa kutambal
Perhiasanku hanya senyuman
Baju? Ah ..., cukup sekadar menutup auratku
Jangkrik dan katak instrumental syahdu yang mengiringi malam-malamku
Jika kupaksakan kemewahan melekat padaku, gatallah sekujur tubuh dan terpenggal jiwaku.
Ini aku dengan segala kenaifanku ....
Bekasi, 10 Januari 2016